top of page

what i experience

Awards & Achievement

Apa yang saya lalui dalam hidup saya adalah berkat dan anugrah dari Tuhan yang sangat saya syukuri hingga saat ini. Di bagian What I Experience ini, saya menceritakan perjalanan hidup saya meraih bermacam penghargaan baik kecil maupun besar bukan hanya atas kerja keras saya sendiri tapi atas penyertaan Tuhan di hidup saya. Oleh karena itu, saya berharap bahwa tulisan ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak pembaca bahwa kalau kita mau mengerjakan apa yang harus kita kerjakan, fokus terhadap tugas kita, dan mau melaksanakan proses untuk mencapai hasil akhirnya, maka tidak ada yang mustahil dalam hidup kita.

Marble Surface

what i experience

Sejak kelas 6 SD, saya sudah melakukan transaksi bisnis dengan cara menjual kartu Natal tante saya ke teman-teman di sekolah. Sementara itu, mulai dari kelas 1 SD saya mengikuti les organ sehingga saat SMP saya diminta untuk menjadi asisten guru les saya dan untuk itu saya sudah bisa mendapatkan uang penghasilan sebagai asisten guru organ.

 

Sementara itu, jiwa kepemimpinan diasah sejak masa-masa sekolah sebagai ketua kelas di Sekolah Dasar hingga menjadi ketua dan bendahara OSIS saat di sekolah menengah atas. Mungkin hal yang biasa menjadi ketua kelas dan ketua OSIS, tapi ketika jiwa kepemimpinan terlatih dari awal, rasa percaya diri pun tumbuh sejak saya kecil dan menjadi modal utama untuk bisa menghadapi banyak hal dan tantangan sehari-hari dari saya kecil hingga sekarang ini.


Setamat SMA saya melanjutkan pendidikan di Australia dan berbagai kesempatan untuk mencari uang sendiri pun saya lakukan hingga bertemu seorang teman yang berjualan kartu telepon. Hasilnya? Sangat lumayan untuk tambahan uang selama hidup dan kuliah di Sydney, Australia. Dan, di akhir kuliah, saya bisa mencapai omzet sebesar AUD 5.000 dollar.

​

Selepas kuliah di Australia dan kembali ke Jakarta, saya sempat bekerja di Ernst & Young selama dua tahun lamanya dimana di perusahaan ini, saya mendapatkan double promotion. Ada pengalaman menarik saat saya bekerja di Ernst & Young dan sedang melakukan audit di Bank Mandiri. Waktu itu Bapak Agus Martowardojo (mantan Direktur Utama Bank Mandiri, Menteri Keuangan, dan Gubernur BI) saat itu memuji dan meminta saya untuk bekerja di Bank Mandiri. Tentu saja pujian beliau menjadi kebanggaan bagi saya dan keluarga.


Setelah dua tahun, saya bersama suami merintis Chronicles Production yang cukup berkembang dalam perjalanan hidup kami berdua. Saya puas dengan Chronicles Production karena usaha saya bersama suami menunjukkan keberhasilan baik di industri pernikahan dan juga korporat. Paling tidak iklan Chronicles Production sudah bisa bersebalahan dengan iklan BCA. Minimal, saya telah menunjukkan kalau brand Chronicles Production itu ada.

 

Saya pun tidak berpuas diri, saya pernah menjalankan usaha kontraktor pertambangan, industri yang tidak pernah terpikirkan oleh saya untuk bisa saya jalankan. Tapi jika kita punya kemauan biji sesawi pun bisa memindahkan gunung. Walaupun akhirnya saya stres dan sakit maag parah, tapi Tuhan izinkan saya untuk mencapai BEP ( Break Even Point ) di tahun pertama itu.


Di tahun 2014, saya mencoba untuk masuk ke bisnis kesehatan dan kecantikan, lebih tepatnya shaping and slimming industry. Dalam 4 bulan saja, saya berhasil mencapai posisi Shareholder International Company dan dalam 9 bulan saya mendapakan Year End Competition Bonus karena berhasil meraih posisi sebagai Top 30 International Sales South Asia. Selama tiga tahun berturut-turut saya berhasil menjadi Top Sales dengan pencapaian yang sangat signifikan untuk bisnis ini.


“Saya tidak punya latar belakang di dunia kesehatan malah saya sering sakit, tapi saya mau belajar dan tidak terpikir untuk malas. Saya merasa tertantang untuk mau tahu dan menjalankan bisnis ini, dan hasil tidak pernah membohongi proses yang saya jalankan.”


Menyalurkan Berkat di Masa Pandemi


Berawal dari saya membeli bahan dasar untuk meracik cairan hand sanitizer sebelum saat itu di awal tahun 2020 harganya naik sangat tinggi dan sukar dicari. Saya mem-posting hand sanitizer buatan saya untuk dibagikan gratis di akun Instagram dengan syarat tidak untuk dijual kembali. Lalu, mulai dari situ, salah satu teman mengajak saya untuk membantu menyumbang baju APD.


Di hari Jumat 27 Maret 2020, dalam waktu enam jam setelah mengumpulkan berbagai bahan yang dibutuhkan, saya bersama beberapa teman memulai produksi baju APD yang kemudian saya videokan untuk melibatkan lebih banyak pihak di dalam proyek ini. Video ini menjadi sangat viral dari Sabang sampai Merauke sehingga saya dan tim saya dicari oleh banyak instansi di Indonesia yang membutuhkan baju APD.


Dalam tiga minggu ada sekitar 400 ribu baju APD yang berhasil diproduksi dengan donasi kurang lebih Rp 20 Miliar yang disalurkan dalam bentuk baju APD ke seluruh Indonesia dengan melibatkan sekitar 10 pabrik garmen. Dengan keberhasilan ini, saya sempat mendapat telpon dari salah satu staf Presiden Joko Widodo.

​

Awalnya Caremax


Banyak partner dalam pembuatan baju APD yang menelpon saya dan bergabung dalam proyek ini tanpa saya kenal dan pernah bertemu sebelumnya. Saya mempunyai ribuan nomer yang tak saya kenal di HP saya, lalu ada beberapa yang kemudian saya kenal dan salah satunya adalah produsen masker.


Pada saat saya mendengar tentang masker Caremax, saya tertarik untuk bersama-sama mengembangkannya karena masker ini, menurut saya, sangat unik. Masker Caremax tidak berbau dan memiliki lapisan antibakteri di saat masker kain tidak ada.

 

Menggunakan masker Caremax membuat virus yang menempel di lapisan masker ini akan mati sejak menit kedua hingga menit ke-30. Saya berpikir, kalau masker ini bisa tersebar ke seluruh Indonesia, pastinya akan sangat membantu tim medis, tenaga kesehatan, dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Untuk itu saya berpartner dengan teman untuk mendistribusikan masker Caremax ke seluruh Indonesia dan pendapatan dari penjualannya disisihkan untuk membantu pembangunan daerah tersebut.

 


Masa pandemi menjadikan saya sebagai seorang Sociopreneur. Lewat kepercayaan banyak teman, saya diberi kesempatan dan, sekali lagi, kepercayaan untuk menjalankan bermacam bisnis. Saya percaya bisnis-bisnis seperti:
 

  • Aviair

  • Theta

  • Olivier

  • Haloswab

  • Belle Couture

  • Kedai Ceceh

  • Advisory Assurance
     

Seperti dibukakan Tuhan bukan semata untuk saya dan keluarga, tapi untuk memberkati dan melayani orang banyak. Masa pandemi juga memberi saya pengalaman untuk membantu sesama lewat Rise Up Program dan Suku Anak Dalam. Dua program yang membuka mata betapa pentingnya kita melayani sesama dalam hidup kita.

 

“Tahun 2020 menjadi tahun yang sangat jelas sekali arahan Tuhan bagi saya untuk menjadi saluran berkat.” Di tahun 2021 ini, saya didapuk untuk menjadi Direktur Pemasaran di PT. Duta Niaga Esa dan HKTI Indonesia. Semuanya adalah untuk memuliakan Tuhan dan membangun bangsa dan negeri tercinta.

bottom of page