
Zaman sekarang ini semua serba mudah. Mau beli apapun tinggal ambil handphone, buka aplikasi, pilih-pilih sebentar, beli deh. Semudah itu. Kalau orang dewasa yang melakukan ini, setidaknya masih lihat-lihat, apakah saldonya cukup untuk belanja ini itu? Tapi kalau anak-anak, terutama yang sudah remaja, mereka mau beli apa tinggal teriak,”Ma, isiin OVO aku donk.” atau “Pa, isiin Gopay aku donk.” Kalau diturutin terus, bisa kebobolan itu kantong orang tua.
Nah, gimana caranya supaya anak bertanggung jawab terhadap berapa pun jumlah uang yang mereka pakai. Di sini peran penting orang tua untuk mengajarkan anak mengenai nilai uang dan mempersiapkan anak agar melek uang untuk kebaikan mereka sendiri di masa depan. Ngga mudah lho mengajarkan uang kepada si kecil, salah-salah mereka malah bosan atau makin ngga mau paham.
Terbuka Masalah Keuangan
Banyak orang tua yang tidak mau bicara terbuka pada anak mengenai keuangan keluarga. Apa pun yang anak minta selalu diupayakan, walaupun harus ngutang. Akibatnya, anak berpikir dia bisa minta apa pun, tanpa berpikir betapa sulitnya orang tua memenuhi permintaannya.
Supaya ngga terjadi hal seperti itu, coba deh mulai terbuka kepada anak. Mungkin jangan terlalu detail, cukup kasih gambaran, berapa jumlah pendapatan orang tua dan berapa anggaran belanja yang harus dikeluarkan setiap bulannya. Dengan begitu, anak bisa bisa mulai berpikir apakah segala permintaannya masuk akal? Mereka juga bisa mendapatkan gambaran mengenai kebutuhan mereka kelak saat dewasa dan berumahtangga.
Saat belanja bulanan misalnya, tunjukkan bill yang harus dibayar, begitu juga saat makan bersama di rumah makan. Perkenalkan anak dengan alat pembayaran seperti kartu kredit, kartu debit, dan uang digital. Terkadang anak beranggapan bahwa semua uang yang ada di mesin ATM dapat kita ambil. Jelaskan bahwa kita hanya dapat menggunakan segala alat pembayaran tersebut sebatas dana yang kita miliki, bukan tak terbatas.
Biarkan Anak Belajar Mengelola Uang
Belajar secara praktek selalu lebih mudah dipahami daripada belajar secara teori. Agar anak lebih bisa paham mengenai nilai uang, biarkan mereka memiliki uang tunai. Tidak perlu dalam jumlah banyak, cukup sedikit saja, hanya supaya mereka mampu mengatur uang yang mereka miliki.
Umur 6 tahun, anak sudah mulai bisa diberi uang saku. Kenalkan dengan konsep menabung, kita bisa membukakan rekening atau cukup membiasakan anak menyisihkan uang jajannya ke dalam celengan. Ajarkan juga untuk mulai membeli barang dari hasil tabungan. Dengan begitu, bila anak menginginkan sesuatu, ia akan berusaha menyimpan uangnya ke dalam tabungan, dan menunggu hingga tabungannya cukup untuk membeli barang tersebut.
Belajar Membantu Orang Lain
Kenalkan anak pada solidaritas sosial. Ajarkan bahwa dengan uang yang dimiliki, ia bisa membantu orang lain. Misalnya saat sedang jalan bersama, lalu melihat orang yang sudah sangat sepuh tapi masih harus berdagang, atau melihat anak kecil yang kelaparan di pinggir jalan, ajarkan anak bahwa dengan uang yang ada di sakunya, ia bisa membantu orang-orang yang membutuhkan tersebut.
Hal ini dapat menumbuhkan rasa empati di dalam dirinya, dan membuatnya lebih menghargai nilai uang. Bahwa seberapa pun uang yang ia punya, akan lebih berharga bila digunakan untuk membantu orang yang kesusahan daripada sekedar untuk membeli mainan yang paling hanya tahan beberapa waktu kemudian rusak.
Mengajarkan anak memahami nilai uang sejak kecil, akan membuat ia lebih bijak menggunakannya saat ia dewasa nanti.