
Kebayang ngga sih, kalau sebagai orang tua, semua yang keluar dari mulut kita adalah kalimat larangan, perintah dan semacamnya. Hal ini hanya akan membuat anak lelah lalu pada akhirnya berontak dan tak mau mengikuti apapun omongan orang tua.
Untuk menghindari kejadian seperti ini, alangkan baiknya kalau kita bisa bernegosiasi dengan anak. Dengan negosiasi, kita bisa menciptakan batas sekaligus memberi kebebasan pada anak. Anak pun akan lebih happy, lebih mau menuruti kehendak orang tua dan yang pasti, orang tua tidak menjadi ‘musuh’ di mata anak.
Lalu, bagaimana sih cara bernegosiasi dengan anak?
Tidak harus menang
Namanya juga negosiasi, tidak harus orang tua selalu menang. Harus ada yang dikorbankan dari masing-masing pihak untuk mencapai kata sepakat. Saat memulai negosiasi, kita harus siap dihujani dengan berbagai pertanyaan oleh anak. Misalnya saat kita melarang si kecil main sepeda keluar dari komplek. Pasti dia akan bertanya, kenapa tidak boleh? Kenapa kakak boleh dan dia tidak? Dan sebagainya.
Dengarkan baik-baik semua keberatannya, jelaskan kenapa hal tersebut akan berakibat tidak baik untuknya. Misalnya, kita khawatir ia bertemu dengan orang asing ayng berniat jahat, atau banyak kendaraan berseliweran, dan lainnya. setelah sama-sama menyampaikan keberatan, temukan satu titik dimana anak senang dan hati kita pun menjadi lebih tenang.
Jadwalkan waktu khusus
Kalau kita mau anak tidur jam 8 malam, negosiasi yang kita lakukan tentu bukan jam 19.55 donk. Negosiasi sebaiknya kita lakukan siang hari, sehingga anak punya waktu untuk memproses, orang tua juga bisa menegaskan bahwa itu aturan yang berlaku setiap hari. Jelaskan kenapa aturan tersebut perlu diterapkan. Misalnya, “Kalau adek tidurnya larut malam, besok pagi bangun kesiangan, terus terlambat deh sekolahnya.”
Jangan pernah bosan untuk mengingatkan anak. Kadang kita bingung kenapa sudah diingatkan tapi anak masih mengulangi lagi, karena memang begitulah anak-anak. Dia akan melupakan hal yang menurutnya tidak penting. Kita sebagai orang tua lah yang harus terus menerus mengingatkan, lengkap dengan alasan dan penjelasannya.
Beri alternatif
Cari tahu apa sebenarnya yang disukai pihak lawan. Dengan begitu, mereka akan merasa kita mengakomodir keinginan mereka, dan pegang kendali. Misalnya, ketika ingin menyuruh mereka mandi, katakan, ‘Mau mandinya bawa mainan yang mana, bebek atau ikan?’ Atau, ‘Mau makan pakai piring hijau atau piring merah?’ Tentukan pilihan sesuai dengan situasi dan kondisi di rumah supaya anak juga tak semena-mena memilih.
Hindari kata ‘jangan’
Banyak orang tua yang selalu menggunakan kata jangan saat melarang anak melakukan sesuatu. Sayangnya, anak biasanya belum bisa menyimpulkan bentuk kalimat negatif. Ketika kita bilang, “jangan lari!” dia justru akan berlari, semakin kencang kadang. Akhirnya kita yang stres kan karena anak ngga mau dengar. Untuk itu, daripada menggunakan kata “jangan lari” lebih baik diganti dengan “jalan saja.”
Dengarkan anak
Daripada kita yang terus menerus ngomong dan ngga didengar, kenapa bukan kita biarkan anak yang bicara dan kita mendengar. Saat mendengar itulah kita menurunkan pagar pembatas. Anak akan lebih bebas menyampaikan keinginannya. Dan saat kita mengakomodir keinginan mereka, maka akan lebih mudah untuk meminta mereka menuruti keinginan kita.
Biarkan anak memutuskan
Daripada orang tua sibuk memberi perintah dan selalu dilanggar, gimana kalau sekarang posisinya dibalik. Saat anak break dari gadget misalnya, lontarkan pertanyaan, “Kamu punya puzzle dinosaurus kan? Sudah bisa menyusunnya? Mama mau liaht donk.”
Sebagian anak akan merasa tertantang bila ditanya seperti itu, lalu mereka pun akan menunjukkan kemampuannya menyusun puzzle. Atau saat anak minta dibelikan mainan yang menurut kita harganya tidak masuk akal, daripada bilang,”Mainan ini terlalu mahal nak.” Akan lebih baik kalau kita jelaskan bahwa harga mainan tersebut tidak terjangkau oleh orang tua. “Mama ngga punya uang sebanyak itu sekarang. Menurut kamu, enaknya kita ngapain ya?” Kalau misalnya anak menjawab ingin main air, maka kita bisa menjawab,”Yuk, kita main air, habis itu kita baca buku ya.”
Inti dari negosiasi bukanlah menang atau kalah, tetapi menemukan jalan tengah yang terbaik. Dengan biasa melakukan negosiasi, anak akan merasa lebih percaya diri dan lebih berani mengungkapkan pendapat. Tentu saja ini penting bagi pertumbuhannya.