
Ingin Anak Lebih Terbuka? Ini Tipsnya!
Setiap anak terlahir dengan karakter yang berbeda-beda. Ada anak yang begitu ceria, menceritakan setiap pengalaman yang dialami kepada orangtuanya. Ada juga anak yang memilih untuk menyimpan semuanya sendiri. Apapun yang dialaminya di luar rumah, apakah bertemu dengan teman baru, atau pertengkaran dengan teman, tidak satupun yang diceritakannya kepada orang tua.
Padahal orang tua mana sih yang tidak ingin menjadi curahan cerita anak? Dengan mendengarkan anak, orang tua bisa lebih mudah memahami perkembangannya, juga mengarahkannya secara perlahan. Jangan kecil hati, coba lakukan beberapa hal berikut untuk membuat anak lebih terbuka dan mau bercerita kepada kita.
1. Pahami kebiasaan anak
Anak-anak memiliki kebiasaan komunikasi yang sulit diubah. Si kecil mungkin tipe yang senang berceloteh di pagi hari sambil bersiap ke sekolah, atau bisa jadi ia lebih memilih untuk aktif berbicara pada sore hari, usai dia beraktivitas. Manfaatkanlah kesempatan tersebut untuk berbicara dengannya.
Dalam menjawab pertanyaan pun, anak memiliki kebiasaan yang berbeda. Ada yang langsung menjawab, ada yang membutuhkan waktu beberapa saat sebelum menjawab, ada juga yang memerlukan waktu lebih lama untuk mempertimbangkan jawaban yang akan ia berikan. Saat si anak diam, beri dia waktu dan jangan dicecar. Sebelum tidur, coba untuk kembali mengajaknya bicara. Kalau ia masih diam, sekali lagi jangan dipaksa, cukup yakinkan dirinya bahwa kita akan selalu ada untuknya. Bila tiba saatnya ia akan menghampiri.
2. Tunjukkan ketertarikan
Saat anak bercerita, fokuskan perhatian padanya dari awal hingga akhir. Tunjukkan ketertarikan dengan melakukan gerakan seperti menganggukkan kepala atau mengernyitkan dahi. Lemparkan pertanyaan seperti,”Terus gimana?” atau “Jadi, ternyata siapa yang melakukan?” saat ia berhenti bercerita. Berikan pujian atas hal baik yang mereka lakukan seperti, “Kamu hebat sudah membantu saat teman lagi dalam masalah. Mama/Papa bangga sama kamu!” Hal seperti ini akan membuat anak merasa didengarkan dan dipahami, dan membuat ia tertarik untuk cerita lagi di lain waktu.
3. Hindari kritik
Salah satu kebiasaan orang tua adalah menyalahkan atau menghakimi. Tahan diri untuk tidak melakukan hal ini saat anak bercerita, atau ia akan kembali menjadi anak yang menutup diri dari orangtuanya. Karena tak ada satupun anak yang senang dikritik saat ia sedang bercerita.
4. Kita yang mulai
Mungkin berat bagi anak untuk bercerita atau menjawab pertanyaan, kenapa tidak kita sebagai orang tua yang memulai. Ceritakan pengalaman kita di hari itu, bagaimana menghadapi bos atau rekan kerja yang sulit. Tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Dengan begitu anak akan merasa bahwa hidup orangtuanya pun tidak selalu sempurna. Ini dapat meyakinkan anak untuk lebih terbuka dan mau menceritakan masalahnya.
5. Masuki dunia anak
Masuk ke dalam dunia anak, cari tahu apa yang tengah diminati anak. Saat orang tua memahami duniaya, anak akan merasa nyaman dan lebih mudah memulai pembicaraan.
6. Duduk berdampingan
Saat dalam posisi berhadapan, anak cenderung merasa bahwa ia sedang disidang. Tapi dengan kita duduk berdampingan, anak merasa posisinya sejajar dan lebih santai, hingga memungkinkan ia untuk lebih santai dan terbuka.
7. Beri saran bukan putusan
Setelah anak usai bercerita, cobalah untuk memberikan saran dengan cara yang bijaksana. Hindari kesan menggurui apalagi membuat keputusan untuk anak. Biarkan ia menemukan cara untuk menyelesaikan sendiri masalahnya. Saran yang memenuhi kebutuhannya akan membuat anak untuk datang kembali setiap menemui masalah. Dengan demikian akan lebih mudah bagi kita untuk memantaunya.