top of page

Pada artikel sebelumnya kita sudah mengenal yang namanya penyakit autoimun dan bagaimana gejalanya.



Sekarang kita kulik lebih dalam lagi, apa saja sih penyakit-penyakit yang termasuk autoimun?

Beberapa penyakit autoimun hanya menargetkan satu organ. Misalnya, diabetes tipe 1 merusak pankreas. Sementara, jenis penyakit autoimun lainnya bisa memengaruhi seluruh tubuh, seperti lupus eritematosus sistemik (LES). Kenapa sistem kekebalan kita kok malah menyerang tubuh kita sendiri? Dokter juga belum tahu persis kenapa begitu, tapi beberapa orang bisa jadi lebih mungkin terkena penyakit autoimun daripada yang lain. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Jurnal Autoimmunity Reviews pada Agustus 2012, resiko wanita mendapatkan penyakit autoimun, sekitar 2 banding 1 dibandingkan pria, yakni 6,4 persen wanita, dan 2,7 persen pria. Makanan tinggi lemak, tinggi gula, dan makanan olahan diduga terkait dengan peradangan yang dapat memicu respons imun, tapi hal ini belum terbukti. Sementara itu, ada studi yang diterbitkan dalam Jurnal ImmunoTargets and Therapy pada Juli 2015 yang berfokus pada teori yang disebut “hipotesis kebersihan”. Jadi, karena telah tersedia vaksin dan antiseptik, anak-anak saat ini tidak terpapar kuman sebanyak sebelumnya. Kurangnya paparan ini membuat sistem kekebalan anak-anak cenderung bereaksi berlebihan terhadap zat yang tidak berbahaya. Tapi, pada dasarnya belum ada yang tahu persis apa penyebab penyakit autoimun ini.


Dari begitu banyak penyakit autoimun, berikut ini beberapa contoh dan gejalanya:


Diabetes tipe 1

Pankreas adalah organ yang salah satu fungsinya menghasilkan hormon insulin, yang membantu mengatur kadar gula darah. Pada diabetes melitus tipe 1, sistem kekebalan menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Hasilnya, gula darah tinggi yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah, jantung, ginjal, mata, dan saraf.


Lupus Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh dan menimbulkan beragam gejala, seperti demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan, bengkak pada tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan perdarahan.


Penyakit Graves Gejala penyakit Graves biasanya berupa kehilangan berat badan tanpa sebab, mata menonjol, rambut rontok, jantung berdebar, insomnia, dan gelisah.


Psoriasis Penderita penyakit ini biasanya memiliki kulit yang bersisik, serta ada bercak merah pada kulit.


Multiple sclerosis Gejala dari multiple sclerosis adalah nyeri, mati rasa pada salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku dan lemas, koordinasi tubuh berkurang, dan kelelahan.


Myasthenia gravis Penderita myasthenia gravis mengalami gejaal kelopak mata terkulai, pandangan kabur, lemah otot, sulit bernapas, dan sulit menelan.


Tiroiditis Hashimoto Penyakit ini menimbulkan gejala berupa berat badan naik tanpa sebab, sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan dan kaki, kelelahan, rambut rontok, dan sulit konsentrasi.


Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah nyeri perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan berat badan turun tanpa sebab.

Rheumatoid arthritis Rheumatoid arthritis dapat menyebabkan nyeri sendi, radang sendi, pembengkakan sendi, dan kesulitan bergerak.


Sindrom Guillain Barre Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemas yang jika kondisinya semakin parah dapat berkembang menjadi kelumpuhan.


Vaskulitis Gejala pada vaskulitis biasanya berupa demam, penurunan berat badan tanpa sebab, kelelahan, hilang nafsu makan, dan ruam kulit.

Gejala penyakit autoimun dapat mengalami flare, yaitu timbulnya gejala secara tiba-tiba dengan derajat yang berat. Flare biasanya terjadi karena dipicu oleh suatu hal, seperti paparan sinar matahari atau stres. Sebagian besar penyakit autoimun belum dapat disembuhkan, hanya menekan gejala agar tidak timbul flare. Pengobatan penyakit autoimun tergantung pada jenis penyakit, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya. Penderita juga dapat mengonsumsi obat untuk mengurangi rasa nyeri dan sakit kepala.

Pengidap penyakit autoimun akan menjalani terapi pengganti hormon jika mengidap penyakit autoimun yang menghambat produksi hormon dalam tubuh. Misalnya, pengidap diabetes tipe 1 butuh suntikan untuk mengatur kadar gula darah atau bagi pengidap tiroiditis diberikan hormon tiroid.

Sementara itu, untuk menghambat perkembangan penyakit dan untuk memelihara fungsi organ tubuh, bisa dibantu dengan penggunaan berrbagai macam obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikostreoid. Obat jenis anti TNF dapat mencegah peradangan yang diakibatkan penyakit autoimun rheumatoid arthritis dan psoriasis.

bottom of page