
Seperti kita tahu, dampak dari pandemi Covid-19 ini begitu besar. Bukan cuma orang dewasa, anak-anak juga ikut terdampak. Perubahan rutinitas, dari yang biasanya bertemu teman dan guru di sekolah, sekarang hanya betemu lewat zoom, mengerjakan tugas-tugas tanpa interaksi langsung. Belum lagi ruang gerak yang terbatas untuk bermain, semua berpengaruh pada kesehatan mental dan emosional anak.
Setelah berjalan hampir dua tahun, menurut data UNICEF, 80 juta anak di Indonesia terkena dampak pandemi. Banyak anak yang mengalami perubahan perilaku, misalnya sulit konsentrasi, gampang marah, juga sulit tidur. Jangan-jangan anak kita juga begitu. Makanya, penting untuk memberi perhatian ekstra terhadap kesehatan mental anak di masa pandemi ini.
Gimana sih cara menjaga kesehatan mental anak?
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan mental pada anak.
Jalin hubungan dengan anak
Di masa pandemi, sebagian besar waktu anak dihabiskan di rumah, begitu juga orang tua yang harus bekerja dari rumah. Untuk itu, sebagai orang tua kita perlu membangun kedekatan dengan anak, yaitu dengan menunjukkan perhatian secara maksimal, menjadi pendengar yang baik, dan menjadi sahabat. Dengan cara ini, anak akan merasakan kedekatan dengan orang tua dan akan lebih terbuka dalam berkomunikasi.
Tetap terhubung
Interaksi sosial dengan teman sebaya adalah hal penting bagi perkembangan anak. Supaya bisa tetap terhubung, manfaatkanlah teknologi misalnya dengan membuat agenda bersama orang tua lain untuk melakukan pertemuan virtual, bisa melalui zoom, google meet atau yang lain. Biarkan anak-anak mengobrol bebas tanpa membahas pelajaran dengan teman-temannya.
Dampingi anak belajar
Selama pandemi, dimana anak-anak menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ), mau ngga mau orang tua harus berperan juga sebagai guru di rumah. Dengan kehadiran orang tua, anak bisa lebih termotivasi untuk belajar. Berikan kenyamanan dengan membantu mereka mengerjakan tugas, bukan kita yang mengerjakan ya, tapi cukup mengarahkan, membantu saat mereka menemui kesulitan, dan kasih cara yang lebih praktis dan efektif dalam mengerjakan tugas-tugas. Memang sih orang tua juga harus work from home, tapi sesekali meninggalkan pekerjaan untuk menemani anak belajar, besar manfaatnya lho.
Waspadai frustasi
Di tengah pandemi, kondisi yang tidak menentu dan pemberitaan yang kadang mengkhawatirkan, wajar bila kadar frustasi anak maupun orang tua mengalami peningkatan. Untuk itu, kita perlu lebih fleksibel dengan harapan dan target kita selama ini. Berikan privasi dan sedikit kebebasan kepada anak-anak, biarkan mereka mencoba mengatas stress dengan bermain game misalnya, atau sekedar jalan-jalan di lingkungan rumah. Asal tetap memakai masker, cuci tangan dan jaga jarak ya.
Beri kegiatan bermanfaat
Kurangnya kegiatan di masa pandemi membuat anak mudah bosan. Handphone dan TV seringkali menjadi pilihan yang diberikan oleh orang tua. Kreatif sedikit yuk! Ada banyak kok kegiatan seru dan bermanfaat yang bisa dilakukan di rumah. Ajak anak terlibat dalam pekerjaan rumah seperti memasak, beres-beres rumah, mencuci mobil atau berkebun. Kegiatan sepele sih, tapi kalau dilakukan bersama dan dengan cara yang menarik, akan membuat hari anak lebih berwarna.
Bangun optimisme
Orang tua perlu membangun optimisme dan meyakinkan anak bahwa pandemi ini akan berakhir dan kegiatan akan kembali seperti semula. Kurangi konsumsi berita negatif. Sebaliknya, berikan informasi positif mengenai pandemi agar anak tidak putus asa walaupun saat ini belum bisa bebas bermain, atau sekolah tatap muka secara penuh. Tapi setidaknya saat ini sudah dimulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Ajak anak untuk sama-sama berdoa dan berharap bahwa mereka bisa bersekolah dengan normal dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.
Jadikan kesehatan mental anak sebagai salah satu prioritas utama kita, karena ini akan berpengaruh besar untuk perkembangan anak ke depannya.