
Kebiasaan multitasking atau melakukan dua atau lebih pekerjaan pada saat yang bersamaan, sering dilakukan oleh banyak orang. Biasanya hal ini dilakukan saat kamu sedang berusaha menyelesaikan satu tugas, lalu datang tugas lain yang juga harus diselesaikan segera. Atau ibu yang sedang bekerja di saat bersamaan harus menenangkan anak yang rewel, atau ketika kamu sedang menyetir mobil sambil menjawab telepon.
Selama ini banyak dari kita yang beranggapan bahwa multitasking adalah cara yang bagus untuk menyelesaikan banyak hal sekaligus. Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa multitasking malah dapat mengurangi produktivitas hingga 40 persen. Kelihatannya, multitasking memang ampuh untuk menyelesaikan banyak hal pada waktu yang sama. Padahal, kamu sebenarnya hanya melakukan tugas dengan cepat dan mengalihkan perhatian dari satu hal ke hal berikutnya. Dan, beralih dari satu tugas ke tugas lainnya justru bisa menyulitkan kamu dan bahkan memperlambat pekerjaan.
Akan tetapi, beberapa hasil penelitian lain justru berkesimpulan bahwa multitasking mendatangkan banyak manfaat. Salah satu studi bilang bahwa berbicara di telepon selama perjalanan yang panjang dan menjemukan dapat membantu pengemudi menjadi lebih waspada. Lalu studi lain juga menerangkan bahwa murid yang duduk dalam kelas yang “membosankan” justru lebih baik bila mereka mencoret-coret buku atau kertasnya karena kombinasi aktivitas tersebut dapat membuat pikiran mereka tetap terjaga.
Nah, jadi sekarang pertanyaannya, multitasking itu sebenarnya sesuatu yang baik atau buruk? Yuk, kita kupas dampak negatif dan positif dari multitasking.
Dampak Negatif Multitasking
Merusak Otak
Kok agak serem ya kedengarannya. Jadi, salah satu studi menemukan bahwa orang-orang yang sering melakukan banyak tugas mengalami penurunan materi abu-abu otak mereka, khususnya di area yang terkait dengan kontrol kognitif dan regulasi motivasi dan emosi.
Menimbulkan Masalah Memori
Pada 2016 ada studi yang menemukan bahwa orang yang sering melakukan multitasking menunjukkan kelemahan dalam memori kerja dan memori jangka panjang. Memori kerja adalah kemampuan untuk menyimpan informasi yang relevan saat mengerjakan tugas. Sedangkan memori jangka panjang adalah kemampuan untuk menyimpan dan mengingat informasi dalam periode waktu yang lebih lama.
Meningkatkan Gangguan
Penelitian menunjukkan semakin banyak orang melakukan multitasking, semakin besar kemungkinan untuk menunjukkan perilaku distractibility. Yaitu perilaku dimana seseorang mudah terganggu oleh keadaan apapun. Jadi, ketika ada begitu banyak gangguan, seseorang ngga bisa membedakan mana gangguan yang penting dan yang tidak penting.
Meningkatkan Stres
Sebuah penelitian terhadap mahasiswa menemukan bahwa semakin banyak siswa yang multitasking, maka mereka semakin rentan mengalami stres.
Meningkatkan Depresi
Salah satu penelitian menemukan bahwa semakin banyak seseorang melakukan banyak tugas, semakin besar kemungkinan mereka untuk mengalami gejala depresi.
Kurang produktif dan efisien
Bukannya membuat seseorang menjadi lebih produktif, ternyata multitasking justru membuat pekerjaan menjadi kurang efisien dan produktif.
Dampak POSITIF Multitasking
Kok semua dampaknya negatif ya? Ternyata ada juga dampak positif dari multitasking, yaitu orang multitasking cenderung punya kemampuan kognitif yang lebih baik dalam mengintegrasikan informasi visual dan auditori. Integrasi multisensori tersebut punya pengaruh positif pada kemampuan kognitif seseorang.
Jadi, meski terlihat menakutkan dan banyak negatifnya, multitasking masih tetap bisa dilakukan, hanya saja harus memperhatikan kemampuan diri dan ketelitian. Lakukan semua sesuai dengan kapasitas. Karena ketelitian dan hasil akhir dari pekerjaan harus tetap menjadi hal utama.